* Keduanya Perempuan, Beranus Satu
BANDA ACEH - Tim dokter kandungan Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh pada Jumat (22/3) pagi berhasil melakukan bedah sesar untuk mengeluarkan dua bayi kembar siam dengan kelainan bawaan lahir (konginital) dari rahim ibunya, Ina Ayuni (29), warga Meureudu, Pidie Jaya (Pijay).
“Tapi sayangnya, bayi kembar konginital yang berhasil diangkat dari rahim ibunya itu, organ tubuhnya tidak lengkap,” ungkap Direktur RSUZA Banda Aceh, dr Syahrul SpS, didampingi dr Isra yang merawat intensif bayi itu di Ruang Neonatal Intensive Curative Unit (NICU) Anak RSUZA.
Secara kasatmata, bayi kembar dempet itu masing-masing berkelamin perempuan, tapi anusnya satu. Kepalanya dua. Mata, hidung, dan kupingnya lengkap (masing-masing sepasang) dan berfungsi normal.
Tangannya empat. Sepasang menempel pada bahu bayi yang satu dan kondisinya normal seperti bayi yang lahir normal. Sepasang lagi menempel pada bayi di sebelahnya yang masih dempet. Tapi tangannya tidak normal. Tangan itu dempet di siku, tapi telapak tangan dan jarinya normal, sama-sama lima buah.
Kakinya tiga. Sepasang menempel pada pinggul bayi yang satu dan kondisinya normal. Telapak dan jari kakinya pun normal. Tapi bayi yang satu lagi, hanya memiliki sebelah kaki yang menempel pada panggul bayi yang berada di sebelahnya dan telapak kakinya berjari tujuh. Dengan demikian, kedua bayi itu memiliki 17 jari kaki.
Bayi yang belum diberi nama itu merupakan anak dari pasangan Jamaluddin dan Ina Ayuni, warga Meureudu, Pijay. Menurut dr Syahrul, awalnya Ina Ayuni yang mengandung bayi kembar siam itu merupakan pasien RSU Meureudu, Pijay. Tapi tim dokter kandungan di RSU itu merasa kurang sanggup menanganinya karena keterbatasan fasilitas, sehingga Ina Ayuni mereka rujuk ke RSU dr Fauziah Bireuen.
Ternyata tim dokter kandungan di RSU Bireuen juga ragu mampu membantu persalinan Ina Ayuni, alhasil ibu hamil itu dirujuk ke RSUZA Banda Aceh. Ia tiba di rumah rujukan provinsi ini pada Kamis (21/3) malam. Namun, informasi dari pihak RSU Bireuen akan merujuk pasien yang hendak melahirkan ke RSUZA, sudah disampaikan pada Kamis siang kepada tim dokter kandungan RSUZA.
Setiba di RSUZA, Ina Ayuni disambut perawat RSUZA dan langsung dibawa ke ruang NICU anak, untuk diobservasi sebelum diambil tindakan medis. Tim yang melakukan observasi dan analisis itu dipimpin dr Hilwah Nora SpOG, dibantu T Yasin (dokter anastesi), Isra (dokter NICU anak), dr Anidar, dr Dora Darussalam, dan sejumlah perawat. Akhirnya dicapai kesimpulan bahwa untuk menyelamatkan ibu dan bayi kembar dempet itu, harus dilakukan operasi sesar (membedah perut si ibu untuk mengeluarkan janinnya).
Operasi sesar dilakukan Jumat (22/3) pagi. Dalam waktu hampir tiga jam, bayi kembar dempet itu berhasil diangkat dari rahim ibunya dengan selamat. Sang ibu juga selamat.
Namun, seperti diungkapkan Direktur RSUZA Banda Aceh, dr Syahrul, organ luar kedua bayi itu banyak yang tidak normal. “Lalu untuk memastikan apakah organ dalamnya, seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan lainnya dalam kondisi normal, kita perlu lakukan scanning atau pemindaian,” ujar Syahrul.
Pemindaian menggunakan sinar-X itu kelak akan memberi gambaran (pencitraan) apakah kedua bayi itu memiliki jantung, paru-paru, usus, ginjal, dan lainnya yang terpisah satu sama lain. Saat ini, kata Syahrul, langkah mendesak yang perlu dilakukan tim medis adalah menyehatkan kedua bayi itu agar bisa bernapas normal.
Ditanya, apakah bakal dilakukan segera operasi pemisahan kedua bayi kembar dempet itu, menurut Syahrul, tim dokter kandungan RSUZA akan berkonsultasi lebih dulu dengan tim dokter kandungan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Soalnya, tim dari RSCM itu pernah menangani pemisahan bayi kembar dempet yang kondisinya mirip dengan yang kini sedang ditangani tim dokter kandungan di Ruang NICU Anak RSUZA. Mereka berhasil memisahkan bayi kembar yang mengalami kelainan bawaan lahir itu. Tapi tak lama kemudian, kedua bayinya meninggal.
“Dari pengalaman tim dokter RSCM Jakarta itu, tim dokter kandungan RSUZA ingin belajar dan bertindak bagaimana cara agar kedua bayi kembar itu bisa tetap bertahan hidup, setelah operasi pemisahannya nanti berhasil. Kita terus berusaha maksimal dan soal kelanjutan hidupnya kita doakan dan serahkan kepada Allah Swt,” ujar mantan dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah ini. (her)
BANDA ACEH - Tim dokter kandungan Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh pada Jumat (22/3) pagi berhasil melakukan bedah sesar untuk mengeluarkan dua bayi kembar siam dengan kelainan bawaan lahir (konginital) dari rahim ibunya, Ina Ayuni (29), warga Meureudu, Pidie Jaya (Pijay).
“Tapi sayangnya, bayi kembar konginital yang berhasil diangkat dari rahim ibunya itu, organ tubuhnya tidak lengkap,” ungkap Direktur RSUZA Banda Aceh, dr Syahrul SpS, didampingi dr Isra yang merawat intensif bayi itu di Ruang Neonatal Intensive Curative Unit (NICU) Anak RSUZA.
Secara kasatmata, bayi kembar dempet itu masing-masing berkelamin perempuan, tapi anusnya satu. Kepalanya dua. Mata, hidung, dan kupingnya lengkap (masing-masing sepasang) dan berfungsi normal.
Tangannya empat. Sepasang menempel pada bahu bayi yang satu dan kondisinya normal seperti bayi yang lahir normal. Sepasang lagi menempel pada bayi di sebelahnya yang masih dempet. Tapi tangannya tidak normal. Tangan itu dempet di siku, tapi telapak tangan dan jarinya normal, sama-sama lima buah.
Kakinya tiga. Sepasang menempel pada pinggul bayi yang satu dan kondisinya normal. Telapak dan jari kakinya pun normal. Tapi bayi yang satu lagi, hanya memiliki sebelah kaki yang menempel pada panggul bayi yang berada di sebelahnya dan telapak kakinya berjari tujuh. Dengan demikian, kedua bayi itu memiliki 17 jari kaki.
Bayi yang belum diberi nama itu merupakan anak dari pasangan Jamaluddin dan Ina Ayuni, warga Meureudu, Pijay. Menurut dr Syahrul, awalnya Ina Ayuni yang mengandung bayi kembar siam itu merupakan pasien RSU Meureudu, Pijay. Tapi tim dokter kandungan di RSU itu merasa kurang sanggup menanganinya karena keterbatasan fasilitas, sehingga Ina Ayuni mereka rujuk ke RSU dr Fauziah Bireuen.
Ternyata tim dokter kandungan di RSU Bireuen juga ragu mampu membantu persalinan Ina Ayuni, alhasil ibu hamil itu dirujuk ke RSUZA Banda Aceh. Ia tiba di rumah rujukan provinsi ini pada Kamis (21/3) malam. Namun, informasi dari pihak RSU Bireuen akan merujuk pasien yang hendak melahirkan ke RSUZA, sudah disampaikan pada Kamis siang kepada tim dokter kandungan RSUZA.
Setiba di RSUZA, Ina Ayuni disambut perawat RSUZA dan langsung dibawa ke ruang NICU anak, untuk diobservasi sebelum diambil tindakan medis. Tim yang melakukan observasi dan analisis itu dipimpin dr Hilwah Nora SpOG, dibantu T Yasin (dokter anastesi), Isra (dokter NICU anak), dr Anidar, dr Dora Darussalam, dan sejumlah perawat. Akhirnya dicapai kesimpulan bahwa untuk menyelamatkan ibu dan bayi kembar dempet itu, harus dilakukan operasi sesar (membedah perut si ibu untuk mengeluarkan janinnya).
Operasi sesar dilakukan Jumat (22/3) pagi. Dalam waktu hampir tiga jam, bayi kembar dempet itu berhasil diangkat dari rahim ibunya dengan selamat. Sang ibu juga selamat.
Namun, seperti diungkapkan Direktur RSUZA Banda Aceh, dr Syahrul, organ luar kedua bayi itu banyak yang tidak normal. “Lalu untuk memastikan apakah organ dalamnya, seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan lainnya dalam kondisi normal, kita perlu lakukan scanning atau pemindaian,” ujar Syahrul.
Pemindaian menggunakan sinar-X itu kelak akan memberi gambaran (pencitraan) apakah kedua bayi itu memiliki jantung, paru-paru, usus, ginjal, dan lainnya yang terpisah satu sama lain. Saat ini, kata Syahrul, langkah mendesak yang perlu dilakukan tim medis adalah menyehatkan kedua bayi itu agar bisa bernapas normal.
Ditanya, apakah bakal dilakukan segera operasi pemisahan kedua bayi kembar dempet itu, menurut Syahrul, tim dokter kandungan RSUZA akan berkonsultasi lebih dulu dengan tim dokter kandungan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Soalnya, tim dari RSCM itu pernah menangani pemisahan bayi kembar dempet yang kondisinya mirip dengan yang kini sedang ditangani tim dokter kandungan di Ruang NICU Anak RSUZA. Mereka berhasil memisahkan bayi kembar yang mengalami kelainan bawaan lahir itu. Tapi tak lama kemudian, kedua bayinya meninggal.
“Dari pengalaman tim dokter RSCM Jakarta itu, tim dokter kandungan RSUZA ingin belajar dan bertindak bagaimana cara agar kedua bayi kembar itu bisa tetap bertahan hidup, setelah operasi pemisahannya nanti berhasil. Kita terus berusaha maksimal dan soal kelanjutan hidupnya kita doakan dan serahkan kepada Allah Swt,” ujar mantan dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah ini. (her)
Editor : bakri